Tiba-tiba saya teringat dengan kutipan terkenal dari mantan Presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy, yang mengatakan, "Jangan tanyakan apa yang negara berikan untukmu, tapi tanyakan apa yang telah kamu berikan untuk negaramu." Nah, kutipan ini rasanya tepat sekali jika disematkan pada beberapa individu di bawah ini. Hanya saja, mereka bukan memberikan kontribusi positif, melainkan malah membuat negara repot dengan berbagai skema penipuan yang mereka lakukan. Dengan kepandaian dalam menipu dan akal licik, mereka sukses menciptakan masalah besar bagi pemerintah dan otoritas hukum.
1. Victor Lustig – Pria yang Dua Kali Menjual Menara Eiffel
Nama Victor Lustig menjadi legenda pada awal abad ke-20 sebagai salah satu penipu paling lihai. Jika ia hidup di zaman sekarang, namanya mungkin sering masuk trending topic di media sosial karena aksinya yang luar biasa nekat.
Lustig awalnya hanya seorang pedagang biasa, tetapi memiliki kecenderungan untuk menipu dalam setiap transaksi yang dilakukannya. Sejak kecil, ia sudah menunjukkan kepandaian dalam trik-trik sulap dan manipulasi. Rekam jejaknya dalam kejahatan tidak main-main; ia pernah masuk penjara karena kasus penipuan dan bahkan mengaku berasal dari Australia-Hongaria. Namun, setelah dilakukan penyelidikan, polisi tidak menemukan namanya di catatan sensus negara tersebut—karena sebenarnya ia berasal dari Cekoslowakia. Tidak hanya itu, ia juga kerap mengaku sebagai anak wali kota atau anak konglomerat, padahal faktanya ia berasal dari keluarga petani.
Pada tahun 1925, Lustig merancang skema penipuannya yang paling sensasional: menjual Menara Eiffel. Ia memalsukan dokumen pemerintah dan menghubungi enam perusahaan pengolahan besi tua, mengklaim bahwa Menara Eiffel akan dibongkar karena dianggap sebagai kesalahan arsitektur. Lustig berpura-pura menjadi pejabat tinggi yang bertanggung jawab atas proyek tersebut dan menawarkan kesempatan bagi perusahaan-perusahaan ini untuk membeli besi dari menara tersebut.
Salah satu pengusaha, Andre Poisson, tertarik dengan tawaran tersebut dan akhirnya menyerahkan sejumlah besar uang kepada Lustig. Setelah menerima pembayaran, Lustig langsung melarikan diri. Poisson, yang merasa malu karena juga terlibat dalam suap, tidak berani melaporkan kasus ini ke polisi.
Merasa aksinya masih bisa dilakukan lagi, Lustig kembali ke Paris dan mencoba menjual Menara Eiffel untuk kedua kalinya—dan lagi-lagi berhasil! Setelah itu, ia melarikan diri ke Amerika Serikat dan melanjutkan kejahatannya di sana dengan skema penipuan lain, termasuk menjual mesin pencetak uang palsu. Setelah lima tahun beraksi di AS, ia akhirnya ditangkap pada 10 Mei 1935 atas tuduhan pemalsuan uang.
Namun, bahkan ketika berada di tahanan, Lustig masih mencoba menipu dengan berpura-pura sakit agar bisa melarikan diri. Ia berhasil kabur sebentar, tetapi dalam waktu 27 hari, ia kembali ditangkap di Pennsylvania dan dijatuhi hukuman 15 tahun di penjara Alcatraz. Akhir hidupnya tragis—pada 9 Maret 1947, ia meninggal karena pneumonia di usia 57 tahun.
Bayangkan jika Lustig hidup di Indonesia, mungkin ia akan mencoba menjual Borobudur, Monumen Nasional, atau Gedung Sate!
2. Natwarlal – Pria yang Tiga Kali Menjual Taj Mahal dan Gedung Publik Lainnya
Jika ada seseorang yang membuat pemerintah India pusing tujuh keliling, maka itu adalah Natwarlal. Ia begitu lihai dalam menipu, bahkan bangunan ikonik yang menjadi kebanggaan negaranya pun ia jual berulang kali!
Lahir pada tahun 1912 di distrik Siwan, India, Natwarlal awalnya dikenal sebagai seorang pengacara. Namun, ia lebih banyak menggunakan profesinya untuk kepentingan pribadi dengan melakukan berbagai aksi penipuan. Ia pernah membayar barang dengan cek dan wesel palsu, serta memiliki kemampuan luar biasa dalam meniru tanda tangan—bahkan tanda tangan Presiden pertama India, Dr. Rajendra Prasad! Selain itu, ia diketahui mampu memalsukan lebih dari 50 tanda tangan lainnya.
Namun, yang paling mengejutkan adalah keberhasilannya dalam menjual Taj Mahal sebanyak tiga kali! Tidak hanya itu, ia juga menjual Benteng Merah, Istana Kepresidenan Rashtrapati Bhavan, dan gedung parlemen India. Seolah tidak cukup, ia juga pernah mencuri perhiasan yang diperuntukkan bagi pernikahan putra Menteri Keuangan India saat itu, V.P. Singh.
Natwarlal juga terkenal sebagai ahli pelarian. Pada tahun 1957, ia berhasil kabur dari penjara Kanpur dengan mencuri seragam polisi dan berjalan keluar dengan santai. Bahkan, dalam pelarian terakhirnya yang terjadi saat ia berusia 84 tahun, ia berhasil menghilang tanpa jejak. Beberapa laporan juga menyebutkan bahwa ia pernah memalsukan kematiannya sebanyak dua kali.
Uniknya, meskipun terkenal sebagai penjahat, ia juga dianggap sebagai Robin Hood oleh sebagian masyarakat karena sering membagikan hasil kejahatannya kepada orang-orang miskin.
Kasus Natwarlal benar-benar menunjukkan betapa kepolisian India dibuat kewalahan dalam menangani seorang penipu ulung.
3. George C. Parker – Menjual Jembatan Brooklyn, Patung Liberty, dan Grant’s Tomb
Di Amerika Serikat, salah satu penipu paling terkenal adalah George C. Parker. Ia berhasil menjual Jembatan Brooklyn kepada turis-turis yang percaya bahwa mereka benar-benar bisa memiliki landmark terkenal tersebut.
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, Parker menggunakan dokumen kepemilikan palsu untuk meyakinkan calon pembelinya. Ia tidak hanya menjual Jembatan Brooklyn, tetapi juga Grant’s Tomb, dengan mengaku sebagai cucu dari Presiden Ulysses S. Grant. Dalam beberapa sumber, ia juga disebut pernah menjual Patung Liberty.
Aksi Parker begitu meyakinkan sehingga banyak pembelinya yang mencoba menagih hak kepemilikan mereka kepada pemerintah setelah transaksi selesai. Tentu saja, mereka baru menyadari telah tertipu setelah diberitahu bahwa monumen-monumen tersebut bukan untuk dijual.
Pada akhirnya, Parker ditangkap dan dihukum penjara seumur hidup di Sing Sing, New York. Meskipun ia menghabiskan sisa hidupnya di balik jeruji besi, kisahnya tetap menjadi legenda di dunia kriminal.
Kesimpulan
Dunia memang tidak kekurangan orang-orang yang ahli dalam seni menipu. Kisah-kisah di atas menunjukkan bagaimana dengan kecerdasan, keberanian, dan kreativitas, seseorang bisa melakukan aksi yang di luar nalar. Mereka bukan sekadar penipu kecil-kecilan, tetapi berhasil menciptakan skema yang luar biasa besar hingga melibatkan pemerintah dan otoritas negara.
Jika ada yang bisa kita pelajari dari kisah mereka, mungkin itu adalah kewaspadaan—bahwa tidak semua yang terlihat nyata bisa dipercaya. Selain itu, kisah-kisah ini juga mengajarkan bahwa meskipun seseorang bisa lolos dari hukum untuk sementara waktu, pada akhirnya kebenaran akan menang, dan kejahatan akan mendapatkan ganjarannya.
0 Komentar